Kunjungan Presiden Sukarno di Kerajaan Bone
- 07.06
- by
- Unknown
BUNG KARNO, Beliau adalah
salah satu The Founding Father Indonesia, Bapak Proklamator, Guru
Bangsa, Negarawan Paripurna dan masih banyak lagi alasan mengapa Bung
Karno patut dikenang.Untuk alasan kenang-mengenang masyarakat Bone
secara khusus punya kenangan tersendiri dengan Presiden Pertama
Indonesia ini.
Ketika Bung Karno datang ke Bone untuk pertama kalinya mengunjungi
Kerajaan Bone diawal tahun 1950 untuk bertemu dengan Raja Bone ke-32 La
Mappanyukki, Ade Pitu Kerajaan Bone, dan seluruh Rakyat Bone dengan
satu tujuan mengajak Kerajaan Bone untuk bergabung ke dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Seperti kebiasaan Bung Karno kalau berpidato. Di Bone pun saat itu
beliau berpidato di depan Raja Bone, Ade Pitu kerajaan Bone dan rakyat
Bone. Bung Karno berorasi politik di atas sebuah meja kayu sebagai
panggung dadakan. Tempat kejadian bersejarah itu di gedung Ade’ Pitu
atau Dewan Adat Kerajaan Bone (Bola Subbi’e) segaligus sebagai bekas
Istana Raja Bone ke-31 Lapawawoi Karaeng Sigeri. Masyarakat Bone lebih
mengenalnya dengan sebutan ‘Bola SubbiE’ atau Rumah yang dihiasi dengan
ukiran khas Bone. Saat ini gedung bersejarah tersebut dijadikan gedung
Perpustakaan Daerah Kabupaten Bone di Jalan Merdeka Watampone.
Dalam foto hitam putih itu terlihat Putra Sang Fajar melepas jas
kebesarannya, kemejanya dilipat sampai di bawah siku. Sebuah penampilan
tak biasa bagi Bung Karno yang selalu bangga dengan jas jenderal
kebesarannya. Pertanyaan pun muncul apakah pada saat itu cuaca Kerajaan
Bone begitu panasnya yang memaksanya harus melepas jas ataukah itu
sebagai simbol bahwa dia tidak datang ke kerajaan Bone dengan nama
besarnya sebagai Presiden Indonesia tapi sebagai manusia sebangsa yang
ingin menggugah kesadaran persatuan bagi Kerajaan Bone.
Pemilihan tempat pertemuan di Bola SubbiE merupakan sebuah
perhitungan tersendiri. Mengapa harus disitu? Bukan di istana Raja Bone
H. Andi Mappanyukki. Karena Bola SubbiE adalah bekas istana Raja Bone
ke-31 Lapawawoi Karaeng Sigeri yang memiliki nilai sejarah bagi Kerajaan
Bone. Istana tersebut pernah dihancurkan oleh penjajah Belanda ketika
Rumpa’na Bone atau Perang Bone tahun 1905. Harapannya dengan
mengingatkan kembali kenangan tersebut kesadaran patriotisme dan
nasionalisme rakyat Bone akan semakin tergugah untuk mempertahankan
kemerdekaannya dalam bingkai persatuan nasional.
Sukarno mengawali pidatonya dengan kata ” Yang Mulia Raja Bone
beserta Ade’ Pitu atau Dewan Adat kerajaan Bone beserta seluruhnya
Rakyat Bone yang saya cintai …”. Selanjutnya dia berterima kasih telah
diperkenankan hadir di kerajaan Bone. Pidatonya runtun dengan nada agak
pelan namun tetap menggugah seluruh hadirin yang ada pada saat itu.
Bung Karno memaparkan pentingnya persatuan bagi seluruh rakyat dan
kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara khususnya Kerajaan Bone. Jika
kita bersatu padu dalam satu Negara Kesatuan Indonesia maka yakinlah
bahwa Imperialisme dan Kolonialisme dapat kita singkirkan dari seluruh
Bumi Nusantara. Kita sekalian akan bersatu-padu, bergotong-royong
memperkuat Indonesia kita tercinta yang merdeka, berdikari dan sejajar
dengan Negara-negara besar lainnya. Pesan persatuan inilah kemudian yang
berhasil menggugah Raja Bone dan Ade’ Pitu kerajaan Bone beserta
seluruh rakyat Bone untuk bergabung kedalam Negara Kesatuan Indonesia.
Setelah kedatangan Presiden Soekarno tersebut, tidak berselang lama
pertemuan kedua diadakan di Yogyakarta bertempat di Keraton Yogya. Kali
ini pertemuan tersebut dihadiri oleh Raja-raja se-Nusantara termasuk
Raja Bone Ke-32 La Mappanyukki, Datu Luwu Andi Jemma, dan Raja Gowa
Imangimangi.
Dalam pertemuan tersebut dicapai kesepakatan bersejarah bahwa tiga
kerajaan besar yang ada di Sulawesi yakni Kerajaan Bone, Kerajaan Luwu,
dan Kerajaan Gowa (tiga kekuatan/kerajaan) menyatakan diri bersedia
masuk dan bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menindak lanjuti kesepakatan ini maka Kerajaan Bone kemudian berganti
status menjadi daerah Swapraja yang dikemudian hari menjadi Kabupaten
Bone hingga saat ini. Sejarah pun mencatat La Mappanyukki sebagai Raja
Bone sekaligus sebagai Kepala Daerah Bone. (La Mappanyukki Sultan
Ibrahim MatinroE ri Gowa (Kepala Daerah/Raja Bone) Tahun 1957-1960)
Jas Merah (Jangan Sekali-sekali melupakan sejarah) kata Bung Karno
suatu ketika. Karena itu, Presiden Soekarno sangat pantas untuk selalu
dikenang. Terlepas dari berbagai kontroversi yang sampai saat ini masih
tetap melingkupinya. Tahun 1967 diawal masa kejatuhannya Putra Sang
Fajar berujar : ” Aku ini di puja bagai Bima dan sekaligus di benci
layaknya Bandit “. Sebuah kenyataan miris dari seorang yang sangat
mencintai Indonesia dengan setulus hati dan memperjuangkan Kemerdekaan
Bangsa kita layaknya berjihad.
Yang jelas, Satu Kesimpulan baik suka maupun tidak, mengapa Presiden
Soekarno akan selalu dikenang untuk selamanya atau paling tidak selama
Indonesia masih tetap tegak berdiri dalam semesta peradaban dunia karena
Bung Karno adalah salah satu alasan Indonesia ada.
Sumber : https://telukbone.id/2015/08/12/kunjungan-presiden-sukarno-di-kerajaan-bone/
0 komentar:
Posting Komentar