Penetapan Hari Jadi Bone
- 14.26
- by
- Unknown
Hari Jadi Bone diperingati tanggal 6 April setiap
tahunnya. Hal ini berdasarkan Perda Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 1990.
Penetapan ini diawali dengan kegiatan seminar yang dihadiri oleh Pakar
Sejarah dan Budayawan Bone. Tanggal dan Bulan penetapan Hari Jadi Bone
diambil berdasarkan Pelantikan Raja Bone ke-16 Lapatau Matanna Tikka
pada tanggal 6 April 1696. Masa Pemerintahnnya (1696-1714). Sedangkan
penetapan tahunnya berdasarkan sejak Tahun 1330 masa pemerintahan Raja
Bone ke-1 yaitu Manurungnge Ri Matajang (1330-1358)
Dengan demikian, tahun 2010 Bone memperingati hari jadinya ke-680
yaitu , Tanggal 6 April 2010 yang terhitung sejak La Ubbi To Manurungnge
Ri Matajang sebagai Raja Bone ke-1 (1330). Peringatan Hari Jadi Bone
walaupun hitungan tahunnya sejak 1330 namun proses pelaksanaannya baru
dimulai tahun 1990
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam memperingati Hari Jadi Bone diantaranya sebagai berikut :
a. Mattompang Arajang
Merupakan kegiatan menyucikan benda-benda Pusaka
Kerajaan Bone yang terdiri dari : Keris Lamakkawa, Pedang (Alameng),
Latenri Duni, dansenjata perang lainnya serta Salempang Emas (Sembang
Pulaweng). Penyucian ini dilaksanakan secara adat, dengan pelaksana
para Empu Keris Pusaka yang disertai tata cara adat lainnya meliputi
Sere Bissu yang diiringi musik “Gendrang Bali Sumange”, Ana” Beccing,
dan Kancing.
Dimasa kerajaan masa lampau, kegiatan ini sebagai
bahagian upacara ritual untuk menghadapi hal-hal tertentu seperti ketika
akan menghadapi perang, menghadapi wabah penyakit yang melanda
kerajaan, dan guna mendatangkan hujan ketika terjadi kemarau panjang.
b. Kirab Kerajaan
Kirab kerajaan Bone adalah serangkaian prosesi adat
yang digelar pada saat diperingatinya Hari Jadi Bone setiap tahunnya.
Dalam prosesi adat ini dipergelarkan sejumlah jenis dan susunan pasukan
kerajaan Bone dimasa lampau, yang terdiri dari: Pasukan Petta PonggawaE
(Panglima Perang), Pasukan Raja dan Permaisuri, Pasukan Bissu Kerajaan,
Pasukan Laskar (Prajurit Kerajaan), Pasukan Ade Pitu (Tujuh Petinggi
kerajaan, serta Pasukan Tokoh-tokoh Masyarakat.
c. Sendratari ManurungngE
Merupakan Sendratari yang menyajikan kisah sejarah
awala terjadinya Pengangkatan dan Pelantikan Raja (Mangkau), yang
sekaligus merupakan babakan awal terciptanya tata pemerintahan kerajaan I
dimasa abad XIII pada tahun 1330 di Tana Bone. Sendratari ini
mengisahkan bahwa Tanah Bone pada abad XIII, kehidupan masyarakat serba
tidak menentu.
Di antara kelompok masyarakat adat yang ketika itu
masing-masing dipimpin oleh seorang ketua adat atau disebut Matoa,
saling menjatuhkan dan memerang satu sama lain. Sehingga suasana
kehidupan menjadi karut-marut, di mana-mana para warga saling
bermusuhan. Tidak Ada lagi tatanan yang dapat mempersatukan rakyat Bone,
kemiskinan terjadi, keterpurukan terjadi pada semua sendi kehidupan.
Peristiwa demi peristiwa terjadi tanpa terkendali,
sehingga suatu saat terjadi satu keajaiban di mana bumii diliputi hujan
lebat dan petir menyambar-nyambar dengan sangat dahsyat dan menyilaikan
mata. Tiba-tiba muncul seorang yang berpakaian putih yang tidak
diketahui asalnya (dalam kisah lontara ia disebut dsebagai PUA CILAO),
hujan dan petirpun reda. Mengalami peristiwa ajaib ini para warga yang
berperangpun menghentikan aktivitasnya melihat kedatangan seorang yang
dianggap turun dari langit. Para wargapun kemudian memberikan salam
hormat.
Namun sang pendatang ini menolak untuk diberi
penghormatan dan bahkan ia menyampaikan pesan bahwa manusia yang pantas
bagi mereka untuk diberi penghormatan buakanlah ia, melainkan ada
seseorang yang lain yang kelak akan menjadi pemimpin mereka di Tanah
Bone. Dialah yang akan menjadi raja (Mangkau) I di Tanah Bone. Jelang
beberapa lama muncullah seseorang dengan berpakaian lengkap yang
didampingi oleh para pengapitnya berikut sejumlah Bissu sebagai pasukan
pengawal. Dialah Sang ManurungngE Ri Matajang bergelar Mattasi LompoE.
Dan setelah duduk bersama para Tokoh Pemimpin Rakyat (Matoa), maka para
Matoa bersepakat mengangkat ManurungngE Ri Matajang sebagai Mangkau
(raja) I di tanah Bone. Sehingga sejak itu pada tahun 1330 berdirilah
Kerajaan Bone.
d. Tari Alusu
Tari yang digelar untuk penjemputan tamu
kehormatan dari kerajaan lain. Diperagakan pada awalnya oleh para Bissu
kerajaanpada abad XVI masa pemerintahan Raja Bone X We Tenri Tuppu
MatinroE Ri Sidenreng, tari ini biasa juga disebut Sere Bissu. Kemudian
pada masaberikutnya dipergakan dalam bentuk tari yang disebut Tari Alusu
yang diperagakan oleh paradara-dara di lingkungkangan bangsawan.
e. Tari Pajaga Andi
Lahir pada masa Raja Bone Webenri Gau Fatima Banri,
ia juga selaku pencipta pakaian “Waju Ponco” yang dikenakan bagi para
andi-andi seperti sekarang ini. Tari ini diperagakan pada saat “Majjaga”
di saoraja untuk menciptakan suasana hiburan bagi raja ketika
sedangberistirahat.
f. Tari Maraneng Songlkok Recca” Songkok To Bone
Merupakan tari kreasi daerah Bone yang
menggambarkan cara menganyam Songkok To Bone yang melambangkan suatu
kegiatan mulai dari pengambilan bahan (dari ure’ Ca/Serat pohon lontar)
sampai menjadibentuk songkok. Tarian ini diperagakan oleh para anak dara
dan Kallolona Tanah Bone kostum Adat Bugis Bone, dihadapan para tamu
Kehormatan Daerah. dengan Instrumentarian ini adalah gendang, gong,
kecapi, suling, dan peralatan lainnya.
g. Gendrang Sanro
Dibawakan oleh para sanro (dukun) untuk meminta
restu dewa guna menolak bencana yang diperkirakan akan menimpa kerajaan.
Selain itu juga dipakai dalam upacara adat seperti: Acara Menre’ Bola
(menempati rumah baru), Mappakkulawi (Maruwwaelawi) yaitu selamatan anak
yang baru lahir. Acara ini sudah ada sejak zaman kerajaan, dilakukan
oleh para Sanro yang lahir setelah berakhirnya peranan Bissu di
lingkungan kerajaan. Para Sanro ini bisa darilaki-laki maupun perempuan.
Alat yang digunakan : gendang, anak beccing, kancing, mangkok porselin,
dan sinto (dari bahan daun lontar).
h. Genrang Bajo
Diperagakan oleh oleh komunitas suku Bajo, yang
memberikan gambaran situasi kehidupan suku Bajo di pesisir pantai.
Genrang Bajo sering disebut juga sebagai Genrang Pabbiring (pesisir)
i. Gendrang Balisumange
Diperagakan oleh rumpun bangsawan untuk mengiringi
upacara adat perkawinan, upacara malam perkawinan adat bugis Bone
lingkungan Saoraja. Genrang BalisumangE biasa juga digelar pada acara
perkawinan antar rumpun bangsawan, mulai dari mappettu ada, tudang
penni, sampai hari perkawinan (esso botting); selalu diiringi dengan
anak baccing dan kancing.
j. Gendrang Pangampi
Dibunyikan saat warga menjaga padi, sehingga hama
dan burung, pengganggu pemakanpadi menjauh dari tempat/sawah. Alat yang
dipakai : alat bambu dan kayu pilihan, biasanyadiiringi dengan ”
katiting ” (dari batang padi).
HARI JADI KABUPATEN BONE
Tidak seperti hari Jadi Bone yang selalu
diperingati tiap tahunnya. Seingat Penulis Hari Jadi Kabupaten Bone
belum pernah dirayakan. Karena perlu dipahami, bahwa BEDA HARI JADI BONE
DENGAN HARI JADI KABUPATEN BONE.
Kabupaten Bone terbentuk sejak Tahun 1959 bersarkan Undang-Undang
Nomor 29 Tanggal 4 Juli Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat
II di Sulawesi. Sehingga apabila Hari Jadi Kabupaten Bone dirayakan
maka perhitungannya dimulai Tanggal 4 Juli 1959.
Dengan demikian, di Tahun 2010 Peringatan ke –680 HARI JADI BONE dan Peringatan ke-51 HARI JADI KABUPATEN BONE ?
Oleh : (Mursalim)
Sumber : https://telukbone.id/2013/04/11/penetapan-hari-jadi-bone/
0 komentar:
Posting Komentar